Diklat REPSIGAMA

     Kalau di akhir postingan sebelumnya aku bilang akan daftar REPSIGAMA, di postingan kali ini aku beneran udah daftar dan udah mengikuti rangkaian diklatnya. Di REPSIGAMA diklatnya ada dua macam, yang pertama diklat inclass yang diadain tanggal 11 - 12 November 2018 dan yang kedua diklat outclass yang diadain tanggal 1-2 Desember 2018. Diklatnya seru doong pastinya!
     Hari pertama diklat inclass temanya tentang "Mengenal Repsigama". Pembicaranya adalah komandan dan pengurus repsi yang lain. Mereka menjelaskan tentang apa itu repsigama, bagaimana sejarahnya, apa saja kegiatannya, dan juga ada materi yang disambaikan mengenai PFA atau Psychological First Aid yang tentunya harus kita kuasai sebagai calona nggota repsigama.

(Penyampaian materi mengenai PFA)


     Hari kedua diklat inclass temanya "Talk Show Tim Relawan". Pembicaranya adalah mereka-mereka yang kemarin berangkat menjadi relawan ke Palu-Donggala-Sigi. Banyak sekali hal yang mereka sampaikan, dan tentunya banyak ilmu baru yang aku dapat. Setelah kemarin diberi tahu tentang apa dan bagaimana relawan itu, pada hari ini kami mendengar kisah langsung dari para relawan.
     Tentang bagaimana mereka setiap malam sibuk berkoordinasi membagi tugas dengan relawan lain dan tim lain, mereka yang mengirit air supaya para korban bisa mendapat air sebanyak mungkin, tentang anak-anak yang sangat menyayangi mereka bahkan tidak mau ditinggal pergi, tentang teriakan sedih orang-orang yang ditinggal keluarganya, dan masih banyak lagi yang membuatku seolah bisa membayangkan sedang berada di lokasi kejadian.

(Para relawan menceritakan pengalaman mereka masing-masing)

     Pada hari pertama diklat outclass kami seperti biasa berkumpul di kampus terlebih dahulu lalu kemudian naik bis ke tempat diklat. Tempat diklat ini adalah sanggar pramuka yang memiliki pohon besar di sampingnya, lapangan besar di tengah-tengah, jajaran pohon tebu di depannya, dan kuburan di depan gang. Serem? Yes. Temenku yang indigo dan ibu warung membocorkan semua hal menyeramkan itu padaku yang penakut ini. Padahal sebenarnya peserta ga boleh tahu mengenai hal itu loh.
     Sampai di lokasi kami mendirikan tenda, tendanya lucu banget bukan yang segitiga atau bulat biasa, melainkan seperti rumah igloo, ada satu tenda besar di tengah yang bisa kami pakai untuk berkumpul, tiga tenda kecil di tiga sisi untuk kami tidur, dan di sisi satu lagi ada semacam payung jadi kami bisa duduk disana seolah berada di teras rumah. Buat aku yang baru pertama kali melihat tenda seperti itu tentu saja takjub bukan main wkwk. Tapi selain tenda besar itu, masih ada tenda-tenda kecil lain yang berbentuk pada umumnya. Dan aku senang karena kebagian di tenda iglooo, yeay!

(Tenda utama sebelum tiga tenda kecil dipasang)

     Selesai membangun tenda kami diberi materi lanjutan mengenai PFA, mungkin gapapa ya sedikit aku share di sini karena ini bermanfaat banget. 

PFA adalah bantuan manusiawi dalam menanggapi / menangani orang-orang yang mengalami penderitaan dan membutuhkan bantuan.
Cara memberi PFA secara bertanggung jawab adalah
1. Menghargai keselamatan, kehormatan, dan hak
2. Mengadaptasi tindakan dan perilaku berdasarkan budaya sekitar
3. Waspada terhadap keadaan darurat yang mungkin terjadi
4. Menjaga keselamatan diri

Prinsip dari PFA adalah Prepare, Look, Listen dan Link.
- Prepare
1. Mempelajari kejadian bencana dan krisis
2. Mempelajari jenis jasa dan bantuan yang ada
3. Mempelajari keamanan dan keselamatan lokasi
- Look
1. Memeriksa keamanan dan keselamatan
2. Memeriksa orang dengan kebutuhan dasar yang mendesak
3. Memeriksa orang dengan reaksi tertekan yang serius
- Listen
1. Mendekati orang yang membutuhkan bantuan
2. Menanyakan kebutuhan dan fokuskan perhatian ke kondisi yang dialami penyintas
3. Mendekarkan penyintas dan membantu mereka merasa tenang
- Link
1. Membantu penyintas memahami kebutuhannya dan cara mendapatkannya
2. Membantu penyintas menghadapi masalahnya
3. Memberikan informasi yang dibutuhkan penyintas
4. Mempertemukan penyintas dengan orang terdekat

Etika Do and Dont
- Do 
1. Jujur dan terpercaya
2. Menghargai setiap orang untuk menentukan keputusannya sendiri
3. Waspada dan hindari asumsi-asumsi pribadi
4. Jelaskan bahwa penyintas tetap dapat memperoleh bantuan walau pernah menolak
5. Hargai privasi seseorang dan menjaga kerahasiaan cerita
6. Bersikap sesuai budaya, usia, dan gender seseorang
- Dont
1. Menyalahgunakan posisi sebagai pemberi bantuan
2. Mengharapkan imbalan
3. Memberi janji dan informasi yang tidak dapat dipastikan
4. Melebih-lebihkan kemampuan anda / bantuan yang tidak dapat dipastikan
5. Memaksa seseorang untuk menerima bantuan
6. Memaksa seseorang untuk bercerita
7. Membagikan cerita seseorang kepada orang lain
8. Memberi label pada seseorang berdasarkan sikap dan perasaan yang ia utarakan

     Nah itu aja ya, sebenarnya masih ada banyak lagi materi yang disampaikan. Tentang tahap PFA, bagaimana cara promote security & promote calm, cara melakukan building raport, keterampilan komunikasi mikro, tujuan konseling, tahap-tahap bencatan, bidang kerja tanggap darurat, assesment psiko-sosial, dan masih banyak lagi yang tidak bisa aku jelaskan satu persatu disini.
     Setelah mendapat materi kita melakukan simulasi bencana. Kita dibagi menjadi tim penyintas dan tim relawan, aku masuk ke tim relawan. Setelah mendapat instruksi dan memulai simulasi, saat itulah aku tahu bahwa aku akan masuk departemen lain asal bukan Tagana atau Tanggap Bencana karena aku betul-betul takut dengan situasi semacam itu. Rencananya aku masuk departemen Pengabdian Pada Masyarakat atau PPM.
     Malam harinya kami bercengkrama di depan api unggun sambil makan jagung bakar dan ketela bakar. Ada juga yang bermain gitar dan menyanyi. Rasa kekeluargaan betul-betul terasa disitu. Sekitar jam sebelas kami tidur mengisi energi untuk hari berikutnya.
     Pada hari kedua kami tidak mendapat sarapan, melainkan harus memasak sendiri. Bahan-bahan sudah disiapkan dan kita bebas memasak apa yang kita mau. Saat itu kita memasak nasi goreng dan capcay. Suasana memasak sempat ricuh saat hujan mendadak turun. Ada yang bergantian memegang payung sampai akhirnya ada kakak tingkat yang memasang terpal.

(Suasana memasak sebelum hujan)

     Siang harinya kami yang diklat di KRB III atau Kawasan Rawan Bencana 3 dimimta untuk berkeliling dan mewawancarai orang yang kami temui mengenai erupsi merapi. Pertanyaan yang diajukan seperti apakah mereka mengalami langsung, bagaimana situasi saat itu, bagaimana perasaan mereka, dll. Aku ikut sedih saat mendengar cerita dari kepala sekolah TK tentang keluarganya saat bencana itu terjadi.
     Acara dilanjutkan dengan makan bancakan. Sudah disediakan nasi dan lauk di daun pisang yang dijajarkan di aula. Aku yang lapar sekali tentu dengan senang hati menghabiskannya, terlebih ini baru pertama kali aku makan dengan cara seperti ini, ternyata rasanya lebih nikmat.

(Ini dia yang namanya "bancakan")

     Setelah acara selesai kami foto-foto dulu sebelum akhirnya kembali ke kampus dengan bis. Meskipun diklat ini singkat mungkin sekitar 24 jam, tapi aku merasa sangat banyak manfaat yang aku dapatkan dari kegiatan ini. Salut sama panitia yang bisa menyusun kegiatan 24 jam tapi full materi dan manfaat di dalamnya.

(Foto bareng cata repsi dan pengurus repsi)

     Karena di kegiatan ini kita ga diijinkan menggunakan ponsel, jadi foto-foto yang aku upload disini aku ambil dari instagram REPSIGAMA yaa..

Komentar

  1. Mengikuti diklat² spt ini bener² menambah ilmu, wawasan, pengetahuan dan pengalaman. Termasuk menambah teman juga. Semangat...

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

HaRi yaNg mEnyeNangKan

JaWabaN TeKa-tEki

#FUNFACT LM Psikologi 5